Tugas makalah
ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR
(Manusia Sebagai Mahluk Berbudaya)
OLEH:
KELOMPOK II
MIRNAWATI A1A211007
HASRI A1A211091
AMAN MA’RUF A1A211083
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2012
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkatrahmat dan
karunianya, penulis menyelesaikan makalah yang berjudul “ perubahan gaya hidup
masyarakat dan perkotaan dalam perspektif antropologi”
Dalam penyelesaian makalah ini,
sudah barang tentu banyak kekurangan yand ada pada makalah ini. Oleh karena
itu, kritik dan saran sangat berguna untuk pembangunan makalah ini agar bisa
berguna bagi seluruh lapisan masyarakat.
Akhirnya, saya selaku penulis
memohonkan ma’af dan terima kasih sebanyak-banyaknya atas kekurangn dan dan
penerimaan makalah ini ditangan pembaca.
Kendari, 17 Mei 2012
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Kehidupan
manusia sangatlah komplek, begitu pula hubungan yang terjadi pada manusia
sangatlah luas. Hubungan tersebut dapat terjadi antara manusia dengan manusia,
manusia dengan alam, manusia dengan makhluk hidup yang ada di alam, dan manusia
dengan Sang Pencipta. Setiap hubungan tersebut harus berjalan seimbang. Selain
itu manusia juga diciptakan dengan sesempurna penciptaan, dengan sebaik-baik
bentuk yang dimiliki. Hal ini diisyaratkan dalam surat At-Tiin: 4
“Sesungguhnya
kami Telah menciptakan manusia dalam bentuk
yang
sebaik-baiknya”.
Dalam ayat
ini Allah menegaskan bahwa Dia telah menjadikan manusia makhluk ciptaan-Nya
yang paling baik; badannya lurus ke atas, cantik parasnya, mengambil dengan
tangan apa yang dikehendakinya; bukan seperti kebanyakan binatang yang
mengambil benda yang dikehendakinya dengan perantaraan mulut. Kepada manusia
diberikan-Nya akal dan dipersiapkan untuk menerima bermacam-macam ilmu
pengetahuan dan kepandaian; sehingga dapat berkreasi (berdaya cipta) dan
sanggup menguasai alam dan binatang.
Manusia juga
harus bersosialisasi dengan lingkungan, yang merupakan pendidikan awal dalam
suatu interaksi sosial. Hal ini menjadikan manusia harus mempunyai ilmu
pengetahuan yang berlandaskan ketuhanan. Karena dengan ilmu tersebut manusia
dapat membedakan antara yang hak dengan yang bukan hak, antara kewajiban dan
yang bukan kewajiban. Sehingga norma-norma dalam lingkungan berjalan dengan
harmonis dan seimbang. Agar norma-norma tersebut berjalan haruslah manusia di
didik dengan berkesinambungan dari “dalam ayunan hingga ia wafat”, agar hasil
dari pendidikan –yakni kebudayaan– dapat diimplementasikan dimasyaakat..
B.Rumusan Masalah
Ada beberapa masalah yang perlu
dikaji dalam masalah manusia sebagai mahluk berbudaya,diantaranya:
A. Apa yang dimaksud dengan manusia?
B. Apa yang dimaksud dengan budaya?
C. Bagaimana budaya sebagai system gagasan?
D. Bagaimana perwujudan kebudayaan?
E. Bagaiman isi(utama) subbstansi budya?
C.Tujuan
Ada beberapa tujuan yang perlu dikaji dalam manusia sebagai mahluk
berbudaya ,diantranya:
A. Untuk memahami apa yang dimaksud dengan manusia
B. Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan budaya
C. Untuk mengetahui bagaimana budaya sebagai suatu
system gagasn
D. Untuk memahami bagaimana perwujudan kebudayaan
E. Untuk memahami bagaimana saja kah isi/ utama substansi budaya
BABII
PEMBAHASAN
A. Pengertian Manusia
Secara
bahasa manusia berasal dari kata “manu” (Sansekerta), “mens”
(Latin), yang berarti berpikir, berakal budi atau makhluk ang berakal budi
(mampu menguasai makhluk lain. Secara
istilah manusia dapat diartikan sebuah konsep atau sebuah fakta, sebuah gagasan
atau realitas, sebuah kelompok (genus) atau seorang individu
Dalam
hubungannya dengan lingkungan, manusia merupakan suatu oganisme hidup (living
organism). Terbentuknya pribadi seseorang dipengaruhi oleh lingkungan
bahkan secara ekstrim dapat dikatakan, setiap orang berasal dari satu
lingkungan, baik lingkungan vertikal (genetika, tradisi), horizontal
(geografik, fisik, sosial), maupun kesejarahan. Tatkala seoang bayi lahir, ia
merasakan perbedaan suhu dan kehilangan energi, dan oleh kaena itu ia menangis,
menuntut agar perbedaan itu berkurang dan kehilangan itu tergantikan. Dari sana
timbul anggapan dasar bahwa setiap manusia dianugerahi kepekaan (sense)
untuk membedakan (sense of discrimination) dan keinginan untuk hidup.
Untuk dapat hidup, ia membutuhkan sesuatu. Alat untuk memenuhi kebutuhan itu
bersumber dari lingkungan.
Oleh karena
itu lingkungan mempunyai pengaruh besar terhadap manusia itu sendiri, hal ini
dapat dilihat pada gambar siklus hubungan manusia dengan lingkungan sebagai
berikut:
B.Pengertian Budaya
Kata budaya
merupakan bentuk majemuk kata budi-daya yang berarti cipta, karsa, dan rasa.
Sebenarnya kata budaya hanya dipakai sebagai singkatan kata kebudayaan, yang
berasal dari Bahasa Sangsekerta budhayah yaitu bentuk jamak dari budhi
yang berarti budi atau akal. Budaya atau kebudayaan dalam Bahasa Belanda di
istilahkan dengan kata culturur. Dalam bahasa Inggris culture.
Sedangkan dalam bahasa Latin dari kata colera. Colera berarti mengolah,
mengerjakan, menyuburkan, dan mengembangkan tanah (bertani). Kemudian
pengertian ini berkembang dalam arti culture, yaitu sebagai segala daya dan
aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam.
Definisi
budaya dalam pandangan ahli antropologi sangat berbeda dengan pandangan ahli
berbagai ilmu sosial lain. Ahli-ahli antropologi merumuskan definisi budaya
sebagai berikut:
E.B. Taylor:
1871 berpendapat bahwa budaya adalah: Suatu keseluruhan kompleks yang
meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, kesusilaan, hukum, adat istiadat,
serta kesanggupan dan kebiasaan lainnya yang dipelajari manusia sebagai anggota
masyarakat.
Sedangkan
Linton: 1940, mengartikan budaya dengan: Keseluruhan dari pengetahuan, sikap
dan pola perilaku yang merupakan kebiasaan yang dimiliki dan diwariskan oleh
anggota suatu masyarakat tertentu.
Adapun
Kluckhohn dan Kelly: 1945 berpendapat bahwa budaya adalah: Semua rancangan
hidup yang tercipta secara historis, baik yang eksplisit maupun implisit,
rasional, irasional, yang ada pada suatu waktu, sebagai pedoman yang potensial
untuk perilaku manusia
Berdasarkan
definisi para ahli tersebut dapat dinyatakan bahwa unsur belajar merupakan hal
terpenting dalam tindakan manusia yang berkebudayaan. Hanya sedikit tindakan
manusia dalam rangka kehidupan bermasyarakat yang tak perlu dibiasakan dengan
belajar.
Dari
kerangka tersebut diatas tampak jelas benang merah yang menghubungkan antara
pendidikan dan kebudayaan. Dimana budaya lahir melalui proses belajar yang
merupakan kegiatan inti dalam dunia pendidikan.
C.Budaya
sebagai Sistem gagasan
Budaya
sebagai sistem gagasan yang sifatnya abstrak, tak dapat diraba atau di foto,
karena berada di dalam alam pikiran atau perkataan seseorang. Terkecuali bila
gagasan itu dituliskan dalam karangan buku.
Budaya
sebagai sistem gagasan menjadi pedoman bagi manusia dalam bersikap dan
berperilaku. Seperti apa yang dikatakan Kluckhohn dan Kelly bahwa “Budaya
berupa rancangan hidup” maka budaya terdahulu itu merupakan gagasan prima yang
kita warisi melalui proses belajar dan menjadi sikap prilaku manusia berikutnya
yang kita sebut sebagai nilai budaya.
Jadi, nilai
budaya adalah “gagasan” yang menjadi sumber sikap dan tingkah laku manusia
dalam kehidupan sosial budaya. Nilai budaya dapat kita lihat, kita rasakan
dalam sistem kemasyarakatan atau sistem kekerabatan yang diwujudkan dalam
bentuk adat istiadat. Hal ini akan lebih nyata kita lihat dalam hubungan antara
manusia sebagai individu lainnya maupun dengan kelompok dan lingkungannya.
D.Perwujudan
kebudayaan
JJ. Hogman
dalam bukunya “The World of Man” membagi budaya dalam tiga wujud yaitu: ideas,
activities, dan artifacts. Sedangkan Koencaraningrat, dalam buku “Pengantar
Antropologi” menggolongkan wujud budaya menjadi:
a. Sebagai
suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan
sebagainya.
b. Sebagai
suatu kompleks aktifitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat
c. Sebagai
benda-benda hasil karya manusia
Berdasarkan
penggolongan wujud budaya di atas kita dapat mengelompokkan budaya menjadi dua,
yaitu: Budaya yang bersifat abstrak dan budaya yang bersifat konkret.
Budaya yang
Bersifat Abstrak
Budaya yang
bersifat abstrak ini letaknya ada di dalam alam pikiran manusia, misalnya
terwujud dalam ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan-peraturan, dan
cita-cita. Jadi budaya yang bersifat abstrak adalah wujud ideal dari
kebudayaan. Ideal artinya sesuatu yang menjadi cita-cita atau harapan bagi
manusia sesuai dengan ukuran yang telah menjadi kesepakatan.
Budaya yang
Bersifat konkret
Wujud budaya
yang bersifat konkret berpola dari tindakan atau peraturan dan aktivitas
manusia di dalam masyarakat yang dapat diraba, dilihat, diamati, disimpan atau
diphoto. Koencaraningrat menyebutkan sifat budaya dengan sistem sosial dan
fisik, yang terdiri atas: perilaku, bahasa dan materi.
a. Perilaku
Perilaku
adalah cara bertindak atau bertingkah laku dalam situasi tertentu. Setiap
perilaku manusia dalam masyarakat harus mengikuti pola-pola perilaku (pattern
of behavior) masyarakatnya.
b. Bahasa
Bahasa
adalah sebuah sistem simbol-simbol yang dibunyikan dengan suara (vokal) dan
ditangkap dengan telinga (auditory). Ralp Linton mengatakan salah satu sebab
paling penting dalam memperlambangkan budaya sampai mencapai ke tingkat seperti
sekarang ini adalah pemakaian bahasa. Bahasa berfungsi sebagai alat berpikir
dan berkomunikasi. Tanpa kemampuan berpikir dan berkomunikasi budaya tidak akan
ada.
c. Materi
Budaya
materi adalah hasil dari aktivitas atau perbuatan manusia. Bentuk materi
misalnya pakaian, perumahan, kesenian, alat-alat rumah tangga, senjata, alat
produksi, dan alat transportasi.
Unsur-unsur
materi dalam budaya dapat diklasifikasikan dari yang kecil hingga ke yang besar
adalah sebagai berikut:
1. Items, adalah unsur
yang paling kecil dalam budaya.
2. Trait, merupakan
gabungan dari beberapa unsur terkecil
3. Kompleks
budaya, gabungan dari beberapa items dan trait
4. Aktivitas
budaya, merupakan gabungan dari beberapa kompleks budaya.
Gabungan
dari beberapa aktivitas budaya menghasilkan unsur-unsur budaya menyeluruh (culture
universal). Terjadinya unsur-unsur budaya tersebut dapat melalui discovery
(penemuan atau usaha yang disengaja untuk menemukan hal-hal baru).
E.ISI (SUBSTANSI) UTAMA BUDAYA
Substansi
utama budaya adalah sistem pengetahuan, pandangan hidup, kepercayaan, persepsi,
dan etos kebudayaan. Tiga unsur yang terpenting adalah sistem pengetahuan,
nilai, dan pandangan hidup.
1. Sistem
Pengetahuan
Para ahli
menyadari bahwa masing-masing suku bangsa di dunia memiliki sistem pengetahuan
tentang:
Alam sekitar
Alam flora
dan fauna
Zat-zat
manusia
Sifat-sifat
dan tingkah laku sesama manusia
Ruang dan
waktu.
Unsur-usur
dalam pengetahuan inilah yang sebenarnya menjadi materi pokok dalam dunia
pendidikan di seluruh dunia.
2. Nilai
Menilai
berarti menimbang, yaitu kegiatan manusia untuk menghubungkan sesuatu dengan
sesuatu yang lain untuk dijadikan pertimbangan dalam mengambil keputusan.
Keputusan nilai dapat menentukan sesuatu berguna atau tidak berguna, benar atau
salah, baik atau buruk, religius atau sekuler, sehubungan dengan cipta, rasa
dan karsa manusia.
Sesuatu
dikatakan mempunyai nilai apabila berguna dan berharga (nilai kebenaran), indah
(nilai estetis), baik (nilai moral atau etis), religius (nilai agama). Prof.
Dr. Notonagoro membagi nilai menjadi tiga bagian yaitu:
- Nilai
material, yaitu segala sesuatu (materi) yang berguna bagi
manusia.
- Nilai
vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk
dapat mengadakan kegiatan dan aktivitas
- Nilai
kerohanian, yaitu segala sesuatu yang bisa berguna bagi rohani
manusia.
3. Pandangan
Hidup
Pandangan
hidup adalah suatu nilai-nilai yang dianut oleh suatu masyarakat dan dipilih
secara selektif oleh individu, kelompok atau suatu bangsa. Pandangan hidup
suatu bangsa adalah kristalisasi nilai-nilai yang dimiliki oleh bangsa itu
sendiri, yang diyakini kebenarannya, dan menimbulkan tekad pada bangsa itu
untuk mewujudkannya.
BABIII
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Dari
penjelasan di atas jelaslah bahwa manusia sebagai makhluk yang paling sempurna
bila dibanding dengan makhluk lainnya, mempunyai kewajiban dan tanggung jawab
untuk mengelola bumi. Oleh karena itu manusia harus menguasai segala
sesuatu yang berhubungan dengan kekhalifahannya disamping tanggung jawab dan
etika moral harus dimiliki. Masalah moral adalah yang terpenting,
Disinilah
peran manusia sebagai makhluk yang diberi kelebihan dalam segala hal, untuk
dapat memanfaatkan segala fasilitas yang disediakan oleh Allah SWT melalui alam
ini. Sehingga dengan alam tersebut manusia dapat membentuk suatu kebudayaan
yang bermartabat dan bernilai tinggi. Namun perlu digarisbawahi bahwa setiap
kebudayaan akan bernilai tatkala manusia sebagai masyarakat mampu melaksanakan
norma-norma yang ada sesuai dengan tata aturan agama.
2.
Saran
Agar mengetahui lebih jauh mengenai manusia sebagai mahluk berbudaya
,penulis menyarankan kepada pembaca sekalian untuk mempelajarinya lebih jauh
.Di luar dari pada itu ,karena banyaknya kekurangan dalam makalah ini ,penulis
mengharapkan kritik maupan saran dari pembaca yang budiman,semoga bermanfaat
bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
A.A.
Sitompul, Manusia dan Budaya, Jakarta: Gunung Mulia, 1993
Dp. Maas, Materi
Pokok UT Antropologi Budaya, Jakarta: Universitas Terbuka, 1985
Koentjaraningrat,
Manusia dan Kebudayaan di Indonesia, Jakarta: Jambatan, 1975
Taliziduhu Ndraha, Budaya Organisasi,
Jakarta: Rineka Cipta, 2003
Ensiklopedi
Indonesia (Edisi Khusus) Jilid 4, Jakarta: PT. Ichtiar Baru-Van Hoeve, 1991
Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai
Pustaka, 1998
Tidak ada komentar:
Posting Komentar