Tugas
Artikel :
PERKEMBANGAN KEHIDUPAN MANUSIA DI KAWASAN ASIA
TENGGARA DARI MASA KUNO SAMPAI MASA KONTEMPORER
(KHUSUSNYA NEGARA THAILAND)
OLEH :
AMAN MA’ RUF
A1A2 11 083
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
HALUOLEO
KENDARI
2012
Aspek
kehidupan manusia yang ada di thailand pada masa kuno, tidak jauh berbeda
dengan kehidupan manusia yang ada di indonesia. Karena jika dilihat dari segi
cara mereka mempertahankan hidup yakni berburu dan bercocok tanam serta
berpindah-pindah tempat dan bahkan mereka sudah menggunakan gua sebagai tempat
peristirahatan. Hal ini membuat saya lebih fokus membahasan mengenai
perkembangan kehidupan manusia pada saat masuknya pengaruh islam di Thailand.
Manusia pada masa purban di
thailand berusaha mempertahankan hidup mereka dengan cara berburu dan bercocok
tanam, mereka juga hidup secara berkelompok dan menjadikan gua sebagai tempat
berlindung dari panas dan hujan. Bahkan peneliti-peneliti dapat mengetahui adat
istiadat serta cara hidup mereka dari membaca lukisan-lukisan yang di temukan pada dinding-dinding gua tempat
mereka tinggal. Mereka juga sudah dapat membuat alat-alat yang dapat digunakan
untuk mempermudah mereka dalam menjalani hidup.
Sebelumnya negara Thailand
dikenal di barat dengan nama Siam
yang kemudian pada tahun 1939/1940-an negara itu disebut Thailand (negara yang
merdeka) hal ini dikarenakan Thailand merupakan salah satu negara di Asia
Tenggara yang tidak pernah dijajah oleh bangsa-bangsa lain. Karena letak negara
thailand yang sangat strategis, hal ini menyebabkan thailand sebagai pesat
kegiatan Internasional yang meliputi perdagangan, industri, dan pertanian yang
berada pada daerah sebelah Utara.
Islam
berada atau mulai berkembang di Thailand tidak dapat lepas dari kerajaan
patani, Kerajaan Patani merupakan kerajaan yang diketahui cepat berkembang dan
menjadi kerajaan yang penting di daerah selatan thailand dan utara semenanjung
malaka. Hal ini disebabkan letaknya yang sangat strategis dan merupakan lintas perdagangan Timur-Barat. Pedagang
Islam pun datang untuk berdagang dan sekaligus menyebarkan ajaran agama Islam
kepada penduduk thailand. Kerajaan ini
berpusat kota Mahligai dan diperintah oleh Phya Thu Kerab Mahayana, namun
karena kota tersebut terlalu jauh dipedalaman yang membuat pedagang sukar untuk
datang sehingga putranya yang bernama Pya Thu Antara memindahkan pusat
kerajaannya kesebuah kota dipelabuhan yang bernama Patani yang terletak di
kampung Gresik. Agama islam yang
tersebar di Thailand ini di tandai dengan datangnya seorang ulama yang berasal
dari pasai yang bernama Syeikh Said yang kemudian mendapat gelar Sultan Ismail
Syah Zilullah Fil Alam, yang pada saat itu mampu menyembuhkan Raja Patani yang
bernama Pya Tu Antara yang sedang sakit parah sehingga setelah sembuh ia langsung
masuk Islam dan berganti nama menjadi Sultan Ismail Syah. Dan pada saat itu
ajarah islam langsung mempengaruhi budaya dan keagamaan rakyat Patai.
Menurut hikayat dari
masyarakat Patani, kedatangan para ulama seperti Syekh dan muridnya pada paruh
abad ke-16. Mereka semua sangat berperan penting terutama dalam kehidupan
beragama di kesultanan Patani. Contohnya seperti Safi Al-Din yang mendorong
raja untuk mendirikan sebuah masjid di istana dan ia kemudian diangkat menjadi
penasehat Sultan Muzaffar Syah dalam bidang keagamaan. Dan kemudian muncullah
beberapa ulama lainnya yang berasal dari berbagai negara seperti seperti Sayyid Abdullah dari Yerusalam
Via Trengganu, Haji Aabdul Ar-Rahman dari
jawa, dan Faqih Abdul Al-Manan. Seorang Minang Kabau dari Kedah, dan Syeh Abdul
Al-Qodir dari Pasai. yang
kemudian menyebarkan islam lebih jauh lagi, yaitu kepada para masyarakat
Patani.
Pusat dakwah islam terbesar
terletak di Bangkok yaitu pada Islamic Center Ramkamhaeng. Ada beberapa pusat
pendidikan islam yang ada di thailand yang diantaranya Nong Bar dan Pah
Heoy.Secara garis besar masyarakat muslim Thailand dapat dibedakan menjdai dua
;
1.
Muslim Thailand Imigran yang berada di Bangkok
dan Chiang Mai (Thailand Utara dan Tengah)
2.
Muslim penduduk Asli yang berada di Patani
(Thailand Selatan).
Adapun aliran-aliran muslim
yang ada di Thailand yaitu aliran Suni dengan mazhab Syafi’I dan mazhab Hanafi
dan Syiah. Pada abad ke-20 bangkok pernah mengalami pemurnian agama yang di
pelopori oleh seorang pembaharu asal Minangkabau yang belajar di Mekkah yang
bernama Ahmad Wahab Al-Minangkabawi.
Pada abad XVI (1584-1624) Patani
telah muncul sebagai pusat perdagangan penting di rantau. Ijerman seorang
pedagang Belanda, menyatakan bahwa Patani
adalah “pintu masuk” kewilayah China Selatan.
Pengaruh Patani meluas sampai ke wilayah semenanjung, seperti Kedah,
Perlis, Kelantan, dan Terengganu sekarang.
Siap pernah
melakukan penyerangan kepada Patani, namun serangan tersebut dapat digagalkan
karena adanya bantuan dari Pahang dan dari wilayah Malayu lainnya. Tetapi pada
tahun 1783 Siam mengandakan serangan kembali di bawah pimpinan raja Rama I Phra
Culalok. Dalam peperangan ini Sultan Muhammad beserta ribuan rakyatnya berhasil
dikalahkan dan sebahagian di tawan dan harta kerajaan dirampas dan dibawa ke
Bangkok.
Kemudian
Siam melantik raja baru untuk Patani, dan Teungku Lamidin yang merupakan Raja
dari Bendang Badari lah yang kemudian yang mereka pilih sebagai raja Patani
yang baru. Akan tetapi pada tahun 1791, Teungku Lamidin yang di bantu oleh raja
Anam yang beragama Islam,(Okhpaya Cho So
dan Syekh Abdul Kamal malah berbalik melawan Siam. Dan ternyata Datuk
Pengkal yang telah di lantik menjadi raja Patani juga melakukan pemberontakan
melawan Siam pada tahun 1808 meskipun hal tersebut berakhir dengan kegagalan.
Untuk
menghindari pemberontakan selanjutnya, raja siam mulai membuat siasat yakni
dengan membagi atau memecah Patani menjadai tujuh buah negeri (Hua Muang) serta
melantik tujuh penguasa pula (Chao Muang).
Ketujuh negeri bagian beserta ketujuh penguasanya tersebut adalah
sebagai berikut :
Ø Patani Tuang Sulung
Ø Teluba Nik Dir
Ø Nongchik Tuan Nick
Ø Jalor Tuan Yalor
Ø Jambu Nai Pain
Ø Rangean Nik Dah
Ø Reman Tuan Mansyur
Pada tahun 1821, siam kembali
mengadakan penyerangan dan kali ini mereka melakukan penyerangan terhadap Kedah
sehingga memaksa Sultan Abdullah untuk melarikan diri ke pulau Penang. Hal ini
membuat Kedah berada di bawah pengaruh Siam dan kekuasaan Siam pun mulai diakui
oleh pemerintah kolonial Inggris,
sebagaimana isi “Perjanjian Burney” tahun 1826. Pengaruh Siam
keatas Kelantan bermula sejak perseteruan antara Sultan Muhammad II dengan Tuan
Besar
Tun
Ahmad,
raja kampung laut. Kedua belah pihak meminta Raja
Siam,
Rama III (1824-1851), untuk menengahi mereka. Penyelesaiannya adalah sultan
Muhammad II dikukuhkan menjadi Raja Kelantan (1838), sementara Tuan Besar Tun
Ahmad diangkat sebagai Raja Patani (1842), gelar Sultan Muhammad. Namun
kedua-nya tetap tunduk kepada Kerajaan Siam.
Sepanjang
pemerinatahan sultan muhamad (1842-1856), dan dua orang penggantinya, Tengku
Puteh (1856-1881, dan Tengku Besar (1881-1890), negeri patati berada dalam
keadaan aman dan kerajaan siam bahkan memberikan otonomi untuk mengurus
pemerintahan patani. Akan tetapi pada masa pemerintahan Chulalongkorn, raja
siam mulai memberlakukan kebijaksanaan sistem Thesaphiban, yang
menghilangkan dan kedaulatan raja-raja melayu-islam. Hal itu menyulut
konflik dan memunculkan pemberontakan Tengku Abdul Kadir Kamarudin pada 1902.
Dalam
masa pemerintahan Perdana Mentri Chulalongkorn, dan Mentri Dalam Negeri
Putra Damrk melarikan diri ke pulau Penang.ong, memerintah wilayah dengan
menggunakan sistem Thesaphiban digunakan secara seragam di seluruh wilayah dan
akibatnya melenyapkan otonomi dengan keragaman dan keunikan daerah
masing-masing, termasuk patani. Dibawah pemerintahannya dengan kebijakan
thesaphiban, wilayah dibagi menjadi unit yang disebut Monthon.Tiap-tiap Monthon
di perintah oleh seorang kepala daerah yang disebut khaluang thesaphiban, yang
bertanggung jawab kepada mentri dalam negeri. Seluruh khaluang thesaphiban
adalah pegawai kerajaan yang digaji dengan gaji pemerintah pusat yang juga
seragam. Konsekuensi dari uniformitas system pentadbiran adalah ekonomi,
keunikan, dan spesifikasi daerah dihapuskan, dan penguasa daerah yang berasal
dari pemimpin tradisional juga dilenyapkan.
Pengaturan pemerintah diatur
dalam akta pemerintahan daerah, yang
ditetapkan pada bulan mei 1897, dan kemudian dilengkapi dengan peraturan
mengenai pemerintahan daerah (Kho Bangkhap Pokhrong Huamung) pada bulan
februari 1899. Peraturan tersebut meliputi beberapa keistimewaan raja-raja
negeri sebelumnya, seperti status social sebagai “penguasa daerah”
dengan gelar kebangsawanan, hak-hak mengangkat pegawai-pegawai kerajaan negeri
dan memungut cukai atau pajak negeri. Selain itu, raja-raja negeri ini
selanjutnyahanya dibenarkan menerima
gaji seperti pegawai lainnya.
Kemudian, peraturan itu
dilengkapi lagi dengan “peraturan pemerintah tujuh wilayah bagi tahun 120”
tanggal 16 desember 1901, yang membagi kekuasaan menjadi tiga :
a.
Kekuasaan Seremonial (Phya Muang) yang dipegang raja-raja patani.
b.
Kekuasaan Eksekutif Palat Muang, yang dipegang oleh Pesuruhjaya Tinggi.
c.
Pegawai Undang-Undang, Yokraba.
Raja
patani, khususnya Tengku Abdul Kadir , menolak sistem terbaru tersebut.
Pada 12 februari 1902, Tengku Abdul Karim ditangkap dan dipenjarakan karena
penolakannya, dengan penangkapannya maka berakhirlah kekuasaan raja-raja
Patani yang dimulai dari tengku Besar Tuan Ahmad (1842) sampai Tengku Abdul
Kadir (1902). Dan yang turut ditangkap bersamanya adalah Tengku Samsudin (Raja
Rangae) dan Tengku Abdul Muthalib (Raja Teluban). Pada 5 maret 1904, tengku
abdul kadir dibebaskan dari penjara, dengan syarat tidak akan mencampuri masalah
politik dan akan taat pada kerajaan Siam. Pada 1905, beliau pergi ke Kelantan
dan menghabiskan sisa hidupnya.
Komunitas
muslim Thailand yang berjumlah dua juta jiwa mengalami suatu permasalahan yang
kompleks dan tambah diperburuk oleh
keadaan kelompok muslim yang terpusat di provinsi bagian selatan yang
menginginkan kemerdekaan dan keikutsertaan mereka dalam Negara tidak mendapat
tempat, akhirnya mereka menjadi bangsa yang diburu dan ditaklukkan.
Sebagai
wujud ketidakpuasan masyarakat melayu Patani atas perlakuan kerajaan Siam,
terjadi beberapa kali pemberontakan, antara lain pemberontakan kecil yang
terjadi pada tahun 1910,1911. Sementara pemberontakan besar meletus pada 1923
dibelukar semarak (rakak), sebagai akibat pemaksaan akta pelajaran 1921, yang
memaksa anak-anak Melayu Patani memasuki pendidikan kebangsaan Siam yang
menggunakan bahasa pengantar Bahasa Siam.
Pada
masa pemerintahan Pibul Songgram, dilancarkan program rathaniyom suatu program
yang didasarkan pada Ultra-Nasionalisme siam. Program ini tujuannya adalah
membentuk Negara Siam sejati, berdasarkan satu Agama, Bangsa, Bahasa, dan
Kebudayaan Siam. Seluruh program dituangkan dalam tujuh dekrit. Pada masa ini
jugalah ditukar istilah Siam menjadi Thailand. Bagi masyarakat melayu Patani,
program Rathaniyom tahun 1939 adalah malapetaka besar, karena tidak lagi
dibenarkan menggunakan nama Melayu, berpakaian melayu, bercakap dan menulis
dalam bahasa melayu, bahkan mempelajari agama Islam. Puncaknya pada tahun 1944,
jawatan kadhi dihapuskan dan masalah berkaitan dengan perkawinan dan harta
pusaka diuruskan berdasarkan undang-undang sipil, bukan syariat.
Dari fakta tersebut, upaya
penyatuan politis daerah muslim ke dalam muangthai merupakan hasil akhir
perjuangan selama berabad-abad, dengan berbagai alasan Nasionalisme.
Pembangunan dan keamanan pemerintah muangthai dalam abad XX berusaha
mengonsolidasi kekuatan atas provinsi-provinsi selatan yang didiami orang-orang
muslim itu.
Langkah
pertama adalah integrai administrative yang dirancang untuk memasukkan yang
dirancang untuk memasukkan daerah-daerah muslim ke dalam yang sistem
politik nasional yang berpusat di Bangkok. Mengingat orang-orang muslim itu
tidak berpengalaman dengan sistem ini, dianggap perrlu menempatkan mereka
dibawah penjabat pemerintah Kristen dan budhis muangthai.
Orang-orang
muslim di selatan diharuskan memakai pakaian bukan melayu dan mengadopsi
nama-nama thai bila mereka ingin memasuki sekolah-sekolah pemerintah atau
mencari pekerjaan dalam dinas pemerintahan. Bahasa melayu dilarang diajarkan di
sekolah-sekolah negeri atau digunakan dalam percakapan dengan para pejabat
pemerintah. Pembatasan penerapan hokum islam dalam perkawinan dan warisan
dihapuskan.
Islam masuk ke Thailand pada
abad ke-18 (tahun 1785). Proses masuknya islam di Thailand dimulai sejak
kerajaan siam mengakui sisi kerajaan patani (lebih dikenal oleh penduduk muslim
thai sebagai patani darusalam).
Perkembangan islam di Thailand
semakin pesat saat beberapa tokoh-tokoh ulama
muslim dari Malaysia dan Indonesia masuk ke Thailand pada akhir abad
ke-19. Saat itu mereka membantu kerjaan Thailand membangun beberapa kanal
dan sistem perairan di Krung Theyp Mahanakhon (Propinsi Bangkok). Pusat dakwah
islam terbesar di Islamic center Ramkamhaeng. Hampir semua aktifitas
keislaman ,mulai dari pengajian, layangan penikahan sampai dengan pasar makanan
bisa ditemukan disini. Islamic Center Ramkamhaeng berjarak sekitar 2 KM dari
kanor Kedutaan Besar Republic Indonesia dijalan Petchburi. Dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara, pemerintah kerajaan Thailand memberikan kebebasan yang
sebesar-besarnya bagi kaum muslim thai untuk melaksanakan ibadah dan berdakwah.
Namun demikian, tidak semua
lokasi di Thailand menjadi tempat yang aman untuk kaum muslim. Daerah Thailand
selatan masih menjadi daerah yang mencekam karena hampir setiap hari operasi
militer digelar di kampung penduduk dengan alasan mencari dalang peledakan bom
diwilaya h selatan.
Dalam tatanan social, muslim
Thailand mendapatkan julukan yang kurang enak untuk didengar, yaitu khaek
(orang luar, pendatang, tamu). Istilah ini juga digunakan untuk menyebut
tamu-tamu asing atau imigran kulit berwarna.
Meskipun pada mulanya khaek
merupakan term untuk makro-etnis bagi orang selain thai tapi
lama-kelamaan khaek tersebut dipakai pemerintah untuk mendeskripsikan kaum
melayu-muslim diselatan Thailand. Istilah thai pada tahun 1940-an akan tetapi
istilah ini menimbulkan kontradiksi karena istilah “thai ” merupakan dibuat
sinonim dari kata “budha” sedangkan “islam” identik dengan kaum muslim
melayu? maka dari itu kaum muslim melayu lebih suka di panggil
malay-islam.dari problem rasial tersebut timbullah pengelompokan kaum muslim di
Thailand terjadi dua golongan:
1)
Assimilated Group.
Atau golongan yang terasimilasi atau berbaur dengan kaum mayoritas
yaitu agama masyarakat thai-budha pada
segala bidang tatanan kehidupan hanya saja tidak sampai pada masalah keagamaan.
2)
Unassimilated Group. Atau golongan yang tidak
berbaur namun menyendiri di Thailand bagian selatan. Yang masih menunjukan
kultur melayu-islam pada nama, bahasa dab adat. Golongan ini bertempat tinggal
didaerah yala, narathiwat dan pattani. Kecuali daerah satun yang sudah
terasimilasi dengan kelompok mayoritas Thai.
Yang dilakukan oleh kerajaan
Thailand telah melahirkan masalah utama mengenai minoritas muslim di
pencaplokan Thailand. Orang-orang muslim Patani yang di bawa ke Bangkok oleh
tentara Thailand sebagai tawanan perang pada awal perang pertama dan kedua. Dan
orang-orang inilah kemudian menjadi bagian utama masyarakat islam di Thailand
tengah dan sebagian dari mereka tetap memelihara budaya dan bahasa mereka.
Keterpaksaan masyarakat melayu muslim di Thailand selatan dirasakan selama
puluhan tahun, sejak integrasi melayu Thailand menjadi bagian dari kerajaan Thailand
penggunaan bahasa thai wajib di gunakan di Kantor Kerajaan,
Pemerintah, Sekolah, Radio, Media Cetak, Media Elektronik, dan Kehidupan
Sehari-hari. Terintegrasi dengan Thailand, bersaing dengan mayoritas masyarakat
etnis thai buddies adalah pilihan saat ini. Strategis yang perlu di bangun
adalah memajukan pendidikan, mendukung pembangunan nasional,dan menjaga
stabilitas local. Hal yang teakhir masih menjadi kendala bagi penciptaan
perdamaian di wilayah selatan. Berbagai teror, pembunuhan dan pengeboman sering
terjadi dalam tiga tahun terakhir, dengan jumlah meninggal setidaknya 2000
orang, sejak januari 2004. Anehnya, belum ditemukan kelompok yang bertanggung
jawab dalam kerusuhan ini. Ketika terjadi penyerangan atau pembunuhan yang
melibatkan tentara, polisi dan masyarakat budha, yang dituduh adalah muslim.
Pencitraan negatif yang diciptakan oleh pemerintah menyebutnya dengan “bandit
muslim”.
Makanan halal di Thailand
dapat dilihat dengan tiga macam label yakni, Label Resmi “Halalal”, Stiker
bertuliskan “Allah” dan “Muhammad”, serta Stiker bertuliskan Bacaan Basmallah.
Karena makanan halal masih sediki, sehingga majelis ulama Thailand
memverifikasi kehalalan produk dalam negeri. Selain masalah makanan, lokasi
tempat ibadah di pusat-pusat pembelanjaan pun agak sulit ditemukan. Beberapa
lokasi pembelanjaan umum, seperti Siam Paragon, Pratunan Center dan Center word
menyediakan mushola untuk umat muslim.
Masyarakat muslim imigran,
yang tinggal di daerah perkotaan, kebanyakan berasal dari asia selatan (india
dan pakistan), indoenesia, huihui (china), dan Persia. Secara sosiologis mereka
telah membaur (berintegrasi) dengan baik dengan masyarakat local (non-muslim).
Dari aspek pendidikan agama,
setiap kimunitas memiliki lembaga pendidikan yang biasanya dikaitkan dengan
mesjid, yang memeberikan pendidikan agama trurama bagi anak-anak muslim. Di
chiang mai terdapat pusat pendididkan islam yakni, nong ban, pah heoy, an
doi saket. Yang mengajarkan ilmu akidah, ibadah, seni baca al-quran, hokum
islam, dan ahlak.
Sejak tahun 1970-an telah
didirikan sebuh madrasah menengah lanjutan (chitpakdee) di kawasaa san pah-koy.
Madrasah ini bertujuan untuk menyiapkan tenaga terampil dalam bidang keislaman,
sehingga dapat diajarkan ke tingkat lebih rendah atau dapatmelanjutkan ke
jenjang lebih tinggi. Berkat hubungan yang semakin errata antara umata muslim
di berbagai negara seperti, asia selatan, asia tenggara dan bahkan timur
tengah. Sehingga banyak pelajar muslim yang dikirim ke luar negeri serta banyak
kunjungan dan bantuan dari Negara-negara muslim.
Menurut pengamat seperti
Andrew Forbes, Raymond Scupin, dan Preeda Prapertchop kehidupan perekonomian
masyarakat islam di bangkok setara dengan masyarakat non-islam. Mereka umumnya
memiliki keterampilan khusus, seperti keturunan Cam dan Melayu biasanya
menekuni bidang pertanian dan kerajinan, warga keturunan Indonesia merupakan
pakar pertamanan dan perdagangan.kelompok keturunan Iran dan Asia Selatan
menggeluti bidang perdagangan kayu dan tekstil.
Mayoritas Muslim Thi beraliran
Sunni dengan Mazhab Syafi’i, walaupun terdapat Mazhab Hanafi dan Syi’ah. Oleh
karena kentalnya pengaruh Agama Budha dalam kehidupan masyarakat luas, tidak
mengherankan jika tradisi lama, seperti menggunakan azimat, tolak bala, dan
kepercayaan pada hal-hal yang magis, juga terdapat di kalangan masyarakat
muslim di Thailand. Sehingga awal abad XX dibangkok khususnya sering terjadi
“Pembaharuan atau Pemurnian Keagamaan” (tajdid). Gerakan pemurnian keagamaan
(tajdid) di pelopori oleh seorang musafi asal minangkabau bernama Ahamad
Minangkabawi lulusan dari mekah. Selesainya belajar islam di Mekah, ia tidak
kembali ke Mingkabaw melainkan melakukan pembaruan di Bangkok yang banyak
melakukan praktik-praktik berbau Sinkretisme.
Gerakan pembaruan dan
pemurnian Ahmad Wahab, nampaknya dipengaruhi oleh gerakan Wahabiah di Arab
Saudi yang di mulai dengan mendirikan lembaga pendidikan di Tanon Kok (Bangkok
Utara) yang mendapat dukungan dari berbagai pihak umat islam.
Sama dengan gerakan Wahabiah
di Timur Tengah dan juga gerakan Paderi di Minangkabau, Ahmad Wahab melakukan
dakwahnya dengan sedikit kekerasan, untuk menghancurkan hal-hal yang tidak
sesuai denga ketentuan agama. Dalam gerakannya, Ahmad Wahab menggunakan
pendekatan rasional, argumentasi, logika dan dalil-dalil al-quran dan sunnah,
penggunaan ijtihad, dan menghindari taqlid. Untuk memperkuat gerakannya, dia
mendirikan organisasi Anshari Sunah (Penolong Kaum Penegak Sunah Rasul).
Kebanyakan pengikutnya adalah pedagang, pegawai, dan aktifis-aktifis muda islam
serta pelarian poliitk Indonesia. Namun, karena pengaruh Budha yang begitu
kuat, konservatisme dan tradisionalisme agama dikalangan muslim lokal begitu
kental, akhirnya gerakan ini mendapat tantangan dari islam tradisional.
Akibatnya, masyarakat islam thai mengalami polarisasi pemikiran, yakni “Kaum
Muda/Baru (Khana Mai)”, dan Kaum Tua/Lama (Khana Kau).
Kelompok khana mai (pembaharu)
di Bangkok semakin kuat dibawah kepemimpinan Chaem Promyong, yang juga dikenal
dengan panggilan Syamsudin Mustafa, alumni al-Azhar dan tokoh yang memiliki
akses keberbagai tokoh nasional. Ide-ide dan konsep Chaem Promyong dan Khana
Mai banyak yang diserap kedalam kebijakan pemerintah dalam soal keagamaan.
Ketika Pridi Phanomyong (Luang
Pradit Manutham, tahun 1900-1983) menjadi perdana menteri, segera setelah
perang dunia II, Chaem diangkat sebagai Ketua Majelis Agama Islam dan Penasehat
Pridi dalam urusan agama islam (Chularajamontri) pada tahun 1946. Namun, pada
tahun 1947 terjadi kudeta oleh Phibul Songram, yang mengakhiri dominasi Khana
Mai dan Chaem pribadi pada struktur agama islam di Thai sampai saat ini. Oleh
karena situasi tidak lagi memihak kepadanya, Chaem akhirnya hijrah ke
singapura.
Pada tahun 1964, Persatuan
Pemuda Muslim Thailand dibentuk di bangkok, yang membawahi seluruh wilayah dan
kaum muda islam Thailand. Pola perjuangannya lebih mirip dengan AIMB di
Malaysia, yakni menggunakan dunia pendidikan sebagai medan dan wahana
perjuangannya, dan bergerak secara modern, serta memiliki akes ke organisasi
pemuda dan mahasiswamuslim Indonesia.
Sementara itu, pemerintah merasa lebih mudah berhubungan
dengan Khana Kau (kelompok konserfatif). Mereka lebih lentur, komperatif, tidak
menuntut perubahan derstis, dan siapberkolaborasi dalam berbagai aspek serta
membian keadaan seperti apa adanya (status quo). Keputusan dan kebijakan yang
diambil pemerintah bersama mitranya dibangkok mempunyai pengaruh dan dampak
secara nasional, sampai ke patani yang memiliki kondisi yang spesifik dan
berbeda.
DAFTAR
PUSTAKA
Internasional,
Grolier. Negara dan Bangsa. PT. Widyadara. Jakarta.
1988.
Munir, Amin Samsul. Sejarah Peradaban Islam. Amzah.
Jakarta. 2009.
Saifulllah.
Sejarah Kebudayaan Islam di Asia Tenggara. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
2010.
www.goggle.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar